Menabung dan berinvestasi adalah adalah dasar-dasar dalam merencanakan keuangan keluarga, dan telah menjadi istilah-istilah yang amat populer. Namun orang masih saja bingung dan sulit membedakan keduanya. Menabung adalah menyimpan uang untuk digunakan suatu saat nanti. Hasil kegiatan menabung ini memang sudah didedikasikan untuk tujuan-tujuan keuangan tersebut – menabung berarti goals oriented. Penempatan dana dalam kegiatan menabung terkonsentrasikan dalam satu jenis produk investasi tertentu Sampai waktunya tercapai yaitu ketika dana itu akan digunakan untuk tujuannya, maka dana tersebut tidak perlu di cairkan. Investasi intinya, menggunakan uang untuk menghasilkan lebih banyak uang. Uang yang digunakan untuk berinvestasi adalah uang yang tidak akan digunakan untuk kebutuhan dasar keluarga, benar-benar uang nganggur. Kegiatan investasi bertujuan mendapatkan keuntungan – investasi berarti profit oriented. Dengan memahami masing-masing definisi, akan sangat membantu anda mengungkap mitos-mitos yang menyulitkan anda dalam merencanakan keuangan.
Mitos 1 : Menabung Adalah Tabungan Di Bank
Menabung memang menyimpan uang, tetapi dia tidak sedang membicarakan tabungan di bank kan?. Anda boleh menggunakan berbagai instrument investasi dalam kegiatan menabung ini. Menabung adalah aktifitasnya, sementara tabungan adalah salah satu instrument investasi yang bisa digunakan untuk tujuan menabung.
Mitos 2 : Tujuan Menabung Adalah Mengumpulkan Uang
Dalam siklus hidup finansial sebuah keluarga ada 3 kategori tujuan keuangan yang harus dipenuhi, yaitu : (a) Jangka pendek, x < 3 tahun, misalnya mempersiapkn dana DP rumah/mobil ; (b) jangka menengah, 3< x <5 tahun, misalnya mempersiapkan biaya uang pangkal masuk sekolah TK dan SD ; (c) jangka panjang, x >5 tahun misalnya mempersiapkan uang pangkal masuk universitas, dana pensiun. Ketiganya mengharuskan anda untuk untuk menyimpan uang sekarang kemudian membelanjakannya/menggunakanya nanti – dengan kata lain menabung. Jadi menabung tujuannya bukan sekedar mengumpulkan uang, melainkan dilakukan dalam rangkan mempersiapkan dana untuk suatu tujuan keuangan tertentu.
Mitos 3 : Menabung Tidak Berisiko
Berbagai tujuan keuangan keluarga tidak harus dibayar saat ini, ada yang harus dibayar 3 tahun lagi, 15 tahun lagi, bahkan bisa lebih panjang lagi. Masalahnya jangka waktu yang berbeda menuntut strategi yang berbeda pula dalam menabung. Untuk tujuan keuangan jangka pendek berarti uang anda sebaiknya disimpan ke dalam suatu produk keuangan yang berisiko rendah, likuid dan tidak membuat anda kehilangan nilai pokok investasinya. Namun untuk tujuan keuangan jangka menengah dan jangka panjang, produk investasi yang agresif dan bisa memberikan pertumbuhan tentunya lebih cocok. Artinya ada risiko produk-produk investasi dalam menabung, namun itu tidak lantas membuat menabung menjadi berisiko. Ilustrasinya begini, tabungan dan deposito di bank mengandung risiko karena returnnya kecil bahkan bisa lebih kecil dari inflasi. Itulah sebabnya tabungan dan deposito hanya cocok untuk tujuan keuangan jangka pendek yang membutuhkan dananya segera. Namun terlalu berisiko jika digunakan untuk mencapai tujuan keuangan jangka panjang yang sangat membutuhkan pertumbuhan diatas inflasi. Sementara reksadana, ETF dan saham walaupun disebut-sebut sebagai produk investasi dengan risiko tinggi, karean nilainya fluktuatif, kenyataannya dalam jangka panjang bisa memberikan return tinggi. Karena itu reksadana, ETF, saham menjadi berisiko jika digunakan untuk tujuan keuangan jangka pendek.
Mitos 4 : Berinvestasi Dapat Dilakukan Kapanpun
Mitos yang ke dua adalah meyakini bahwa investasi dapat dilakukan kapan saja oleh siapa saja. Jawabannya tidak. Investasi sebaiknya dilakukan setelah menjalankan aktifitas menabung dengan kriteria di atas. Sebelum anda memastikan bahwa kebutuhan dasar keluarga di masa kini maupun di masa depan sudah berjalan prosesnya, jangan melakukan investasi.
Mitos 5 : Berinvestasi Adalah Membeli Produk Investasi Berisiko Tinggi
Berinvestasi juga jangan diidentikkan dengan instrument pasar modal, property, atau penyertaan modal langsung ke suatu usaha. Produk investasi berisiko kecil seperti tabungan dan deposito bankpun seringkali dipakai untuk kepentingan investasi. Contohnya bisa anda lihat pada portfolio reksadana yang mengalokasikan sejumlah tertentu dari dana kelolaannya untuk di tempatkan ke dalam tabungan dan deposito dengan tujuan penyebaran risiko atau diversikasi.
Kesimpulannya, berinvestasi tidak identik dengan penempatan dana ke produk investasi berisiko tinggi saja demi mendapatkan keuntungan setinggi-tingginya. Cara ini mungkin bisa membuat anda untung besar tetapi bisa juga rugi besar. Sebab tingkat risiko menjadi tak terukur dan beban risiko terkonsentrasi pada satu jenis kelas aset saja. Sebaliknya berinvestasi bertujuan untuk mendapatkan tingkat keuntungan tertentu dengan risiko yang terukur. Caranya dengan melakukan penempatan dana investasi ke berbagai produk investasi, mulai dari produk investasi berisiko terendah sampai risiko yang tertinggi. Besar kecilnya alokasi penempatan dana ke masing-masing produk investasi dapat disesuaikan dengan target investasinya. Misalnya, makin tinggi target investasinya, komposisi portfolio investasi cenderung makin agresif dengan alokasi terbesar pada produk investasi dengan return tinggi namun berisiko tinggi – dan sebagian kecil sisanya dialokasikan pada produk investasi ynag likuid dengan return kecil namun berisiko rendah.
Mitos 6 : Risiko Investasi Tidak Bisa Dikendalikan
Untungnya produk investasi diciptakan masing-masing dengan fitur yang berbeda, bervariasi imbal hasilnya, tingkat keuntungannya maupun risikonya. Makanya terdapat penggolongan produk-produk investasi sesuai dengan kelasnya – istilahnya kelas asset. Performance produk investasi di tiap kelas asset tidak selalu searah, artinya penurunan kinerja suatu jenis kelas asset tidak berarti penurunan kinerja jenis kelas asset lainnya, sebaliknya juga begitu. Yang mengagumkan adalah timbulnya korelasi (hubungan) antara produk-produk investasi, dimana penurunan kinerja suatu produk investasi ternyata berakibat naiknya kinerja produk investasi jenis lainnya. Contohnya penurunan suku bunga bank mengakibatkan kinerja tabungan dan deposito turun, investorpun mulai memburu instrument pendapatan tetap dengan suku bunga yang lebih tinggi seperti obligasi, akibatnya harga obligasi naik.
Yang harus diingat adalah anda memiliki berbagai pilihan kelas asset untuk berinvestasi, namun masing-masing memiliki kekuatan dan kelemahan. Jika kita menempatkan seluruh dana kita pada satu produk investasi saja, maka jika kinerjanya naik keseluruhan dana kita ikut naik nilainya. Sebaliknya jika kinerjanya turun maka anda merugi sebab keseluruhan dana kita juga ikut turun nilainya. Untuk mengatasi penurunan kinerja disatu produk investasi dan mengcovernya dengan penguatan kinerja di produk investasi lainnya, maka anda dapat menyebar penempatan dana investasi ke dalam berbagai jenis produk investasi pada kelas asset dengan risiko yang berbeda – strategi ini biasa di kenal dengan alokasi aset dan diversifikasi. Cara ini walaupun membatasi perolehan keuntungan pada produk investasi berkinerja baik, tetapi juga membatasi kerugian pada produk investasi yang berkinerja buruk saja.
Mike Rini Sutikno, CFP
PT. Mitra Rencana Edukasi - Perencana Keuangan / Financial Planner
Website. www.mre.co.id, Portal. www. kemandirianfinansial.com
Fanspage. MreFinancialBusiness Advisory, Twitter. @mreindonesia
Google+. Kemandirian Finansial, Email. info@mre.co.id,
Youtube. Kemandirian Finansial
PT. Mitra Rencana Edukasi - Perencana Keuangan / Financial Planner
Website. www.mre.co.id, Portal. www. kemandirianfinansial.com
Fanspage. MreFinancialBusiness Advisory, Twitter. @mreindonesia
Google+. Kemandirian Finansial, Email. info@mre.co.id,
Youtube. Kemandirian Finansial