Responsive Ad Slot

Latest

Menabung

Bisnis

Liburan

Featured Articles

Mengelola Resiko Investasi

Monday 5 January 2015

"Mengelola resiko investasi"

Mengelola Resiko Investasi
Berinvestasi saat ini bulan lagi masalah mengenai menghasilkan uang, tetapi bagaimana mengelola uang dalam situasi baik maupun buruk. Ketidak pastian atas hasil inilah yang membuat investor harus mampu mengelola resiko investasinya.Yang menarik adalah bahwa resiko mempunyai arah pembalikan dan selalu bekerja pada dua sisi yang berbeda. Pertama resiko menyebabkan situasi mencapai titik terendah dari suatu kondisi buruk, maka setelahnya keadaan akan berbalik berangsur-angsur menjadi baik. Ke dua, tidak semua pihak merugi karena terjadinya suatu resiko, bahkan ada pihak yang beruntung karenanya. Ini menerangkan kenapa suatu investasi menurun kinerjanya, sementara yang lain justru naik. Resiko kalau begitu tidak seluruhnya buruk, dan sesungguhnya diinginkan atau tidak resiko ada. Dalam banyak hal, resiko seperti air bagi tumbuhan. Terlalu sedikit tumbuhan tak bisa hidup, terlalu banyak bisa menenggelamkan. Ada beberapa jenis resiko yang mesti kita pahami :( a) Resiko sistematik : (b) Resiko tidak sistematik ; (c) Resiko pribadi investor. Masing-masing ketiganya memberikan kontribusi yang sama pentingnya terhadap kinerja portfolio investasi.


Resiko Sistematik (Systematic Risk)


Resiko sistematis merupakan resiko yang disebabkan oleh berbagai faktor makro yang mempengaruhi semua perusahaan dan industri secara umum, seperti : (a) Kondisi negara  ; (b) Nilai Tukar Mata Uang ; (c) Tingkat suku bunga : (d) Situasi Politik ; ( e) Permintaan / penawaran pasar. Risiko sistematis lebih susah untuk dihindari karena berkaitan dengan kondisi market secara keseluruhan. Contoh jika kondisi ekonomi negara memburuk, harga-harga kebutuhan pokok melonjak, terjadilah inflasi tinggi yang memaksa pemerintah menaikkan suku bunga dan nilai tukar rupiahpun anjlok. Perdagangan di pasar modal dan bursa berjangkapun akan mengalami tekanan jual, akibatnya IHSG turun. Dalam kondisi seperti ini hampir seluruh instrument investasi seperti saham, obligasi, reksadana, unitlink, bahkan property akan mengalami penurunan. Tak urung anda yang berinvestasi langsung ke sektor riil atau memiliki bisnis pribadi, juga merasakan dampaknya.

Namun tidak semua pihak merugi, sebab dalam kondisi suku bunga tinggi nasabah tabungan dan depositolah yang panen duit. Begitu juga jika anda perhatikan harga emas, atau mereka yang menyimpan dolar. Komoditas yang mereka simpan harganya malah naik saat kondisi ekonomi bergejolak. Dari sini bisa kita lihat bahwa resiko sistematik tidak hanya mempengaruhi satu produk investasi saja melainkan hampir keseluruhan kinerja produk-produk investasi. Artinya, jenis investasi apapun yang kita pegang akan selalu berhadapan dengan risiko sistematik yang berada di luar kendali kita. Inilah sebabnya risiko sistematik tidak bisa dihindari hanya dengan melakukan diversifikasi dalam portfolio.

Untuk meminimalisasi resiko sistematik anda bisa menjalankan strategi lindung nilai. Contoh paling sederhana adalah dengan memegang investasi alternatif berupa aset keras seperti emas, tanah bahkan uang dolar. Seperti contoh diatas dalam gejolak ekonomi, penurunan nilai saham dan obligasi dicover dengan kenaikan emas dan dolar. Saat kondisi berangsur-angsur membaik emas dan dolar kembali ke harga normal mereka. Ini mirip dengan resep lindung nilai atau hedge ala orang tua jaman dulu. Namun cukup manjur. Jadi bagilah porsi alokasi ke dalam instrument finansial dan juga ke dalam investasi alternatif tadi secara proporsional.


Resiko Tidak Sistematik (Unsystematic Risk)

Resiko tidak sistematis merupakan risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor mikro yang terdapat pada perusahaan atau industri tertentu dan tidak terkait dengan risiko pasar secara keseluruhan. Seperti perubahan struktur permodalan, perubahan struktur aktiva, kondisi lingkungan kerja, penurunan tingkat penjualan, kemampuan manajemen dan lain-lain. Sehingga dapat mempengaruhi harga saham perusahaan yang bersangkutan atau menyebabkan gagal bayar (Credit/default risk) yaitu ketidakmampuan perusahaan membayar kewajiban pembayaran bunga atau pokok hutangnya (obligasi). Pengaruhnya hanya terbatas pada perusahaan atau industri tersebut. Sebagai investor, unsystematic risk dapat kita hindari dengan melakukan diversifikasi dengan strategi alokasi aset. Yaitu membagi penempatan alokasi dana ke dalam beberapa instrument investasi dari kelas aset yang berbeda. Jika anda ingin lebih optimal, anda bisa mengadaptasi gaya manager investasi dalam mengelola reksadana. Mereka membeli instrument investasi dari kelas aset yang sama (saham atau obligasi) namun dari emiten yang berbeda. Misalnya menyebar penempatan saham dari 5-10 emiten yang berbeda berdasarkan kategori industrinya. Secara sederhana saya menyebutnya re-alokasi aset, sebab dilakukan setelah alokasi aset. Dengan diversifikasi, alokasi aset dan realokasi aset, kita bisa meminimalisasikan risiko yang muncul dari suatu aset tertentu.


Resiko Pribadi Investor

Dalam kaitannya dengan investasi tiap orang memiliki perilaku dan respon  berbeda terhadap resiko. Baik anda berinvestasi ke saham, obligasi, properti, atau reksadana. Pertimbangkanlah tingkat toleransi anda terhadap kemungkinan kehilangan uang akibat investasi pada masing-masing kategori investasi tersebut dan bagaimana perasaaan anda mengenai hal itu. Inilah profil risiko pribadi investor. Intinya menerangkan siapakah anda anda dalam berinvestasi. Apakah anda termasuk tipe konservatif, moderat atau agresif.

Yang harus diketahui juga adalah bahwa profil resiko investasi seseorang tidak statis, melainkan cenderung berubah sesuai dengan siklus hidup dimana dia berada, kondisi keuangan atau hal lain yang sifatnya personal. Ada beberapa variabel yang membentuk profil resiko seseorang, antara lain : (a) Usia. Orang muda biasanya agresif, sementara mendekati pensiun cenderung konservatif ; (b) Pengalaman & pengetahuan dalam berinvestasi. Makin banyak pengalaman berinvestasi makin luas wawasan pengetahuannya, investor cenderung makin agresif ; (c) Jangka waktu atau time horison. Biasanya ini berhubungan dengan tujuan investasinya dan kapan tujuan itu ingin dicapai. Makin pendek jangka waktu investasi, investor cenderung konservatif (e) Kemampuan menabung/jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan. Makin besar penghasilan bersih dan nilai kekayaan bersihnya, investor makin punya banyak pilihan dalam berinvestasi dan bisa lebih agresif.   

Dengan memahami profil resiko pribadi, investor dapat menyusun Kebijakan Investasi Pribadi (Invesment Policy Statement). Sehingga dapat memiliki perspektif yang lebih baik terhadap unsystematic risk serta systematic risk. Selanjutnya diharapkan pengelolaan resiko investasi dapat berjalan optimal.



Don't Miss