Responsive Ad Slot

Latest

Menabung

Bisnis

Liburan

Featured Articles

Investasi Emas ”Ya” atau ”Tidak”

Monday 22 December 2014

Investasi Emas ”Ya” atau ”Tidak”

Investasi emas ya atau tidak
Pada dasarnya kebanyakan kita memang sulit mempercayai sesuatu hanya karena tidak terlihat mata atau tidak dipegang fisiknya. Karakter ini juga terlihat ketika orang merasa kurang mantap berinvestasi tanpa memegang bukti fisiknya. Makanya investasi emas menjadi pilihan dalam menyimpan uang sebab benar-benar investasi yang dapat dimiliki secara harfiah dan nilainya terus naik. Namun  tidak sedikit juga yang kontra dan berargumen bahwa secara rill emas tidak memberikan pertumbuhan. Kita sebaiknya tidak memvonis bahwa  investasi emas itu  untung atau rugi hanya karena kebanyakan orang bilang begitu. Analisalah terlebih dulu sebelum mengatakan ”ya” atau ”tidak” kepada emas sesuai dengan kondisi anda.

3 Alternatif Investasi Emas.

Tak kenal maka tak sayang, hal ini berlaku untuk jenis investasi apa saja. Tidak peduli jika dia mengklaim dirinya paling aman sekalipun, investasi tersebut hanya akan merepotkan anda jika tidak paham bagaimana mengoptimalkannya. Mari kita kenali terlebih dulu 3 (tiga) pilihan dalam investasi emas dan karakternya yang berbeda satu sama lain :

1.    Menyimpan fisiknya. Anda menyimpan fisik emasnya dalam beberapa pilihan yaitu emas batangan (gold bar) dengan kadar 22 karat (95%) atau 24 karat (99%),  koin emas atau perhiasan emas.

2.    Menyimpan nilainya. Anda tidak menyimpan fisik emasnya namun membuka rekening di bank dalam bentuk tabungan dan deposito emas dimana saldo rekening anda akan disetarakan dengan nilai emas dari waktu ke waktu.

3.    Memanfaatkan fluktuasi harganya. Anda tidak menyimpan fisik emasnya namun membeli instrumen finansial dengan underlying asset emas. Contohnya reksadana dengan underlying perusahaan pertambangan emas, efek saham dari perusahaan penambang emas, maupun derivatif  kontrak berjangka komoditi emas.

Berbagai Karakter Investasi Emas.

Karakter komoditas emas secara fisik nilainya cenderung stabil dan dianggap tak punya efek inflasi sehingga returnnya kurang menarik bila dibandingkan saham atau properti. Walaupun demikian jarang sekali harga emas turun. Apalagi di beberapa negara konon mengalami penurunan produksi emas. Karenanya peningkatan kelangkaan emas harganya cenderung akan selalu naik. Harga emas juga dipatok dalam USD, sehingga jika nilai USD menguat umumnya harga emas juga meningkat . Dari segi storage dan handling, menyimpan “hard asset” seperti emas relatif beresiko dan mahal. Selain itu, apabila penyimpanan kurang baik memungkinkan terjadinya oksidasi dan perubahan warna, apalagi  kalau jatuh, penyok, atau tercuil bisa mengurangi harganya. Adapun membuka simpanan di bank dalam rekening tabungan dan deposito emas memang lebih praktis. Nasabah dapat menikmati pertumbuhan emas layaknya menyimpan emas itu sendiri, dan pembukaan rekening maupun setoran selanjutnya tidak harus dalam bentuk emas melainkan dengan uang tunai saja. Nasabah selanjutnya mendapat bukti sertifikat kepemilikan emas, sementara fisiknya disimpan oleh bank atau pihak yang sudah disepakati. .

Sementara karakter sekuritas emas hanya berbeda risk return profilenya dengan komoditas emas,  sehingga  fluktuasi harga saham perusahaan penambang emas kurang lebih searah harga komoditas emas. Hanya saja perbandingannya cenderung tidak linear, misalkan emas turun 5%, saham turun 10% — tetapi ketika emas naik 5%, saham naik > 10%. Sehingga  dari segi fluktuasi harga, deviasi harga emas lebih rendah  daripada deviasi harga saham penambang emas. Namun harga emas secara rata-rata tumbuh lebih lebih rendah dibandingkan pertumbuhan rata-rata saham perusahaan penambang emas. Biasanya kita akan melihat reward/risks trade off atau return/resiko, sehingga walaupun  membeli beberapa saham perusahaan penambang emas nampaknya lebih menguntungkan namun sudah pasti risikonya juga lebih tinggi.

Mengoptimalkan Investasi Emas.

Ciri khas yang sangat membedakan investasi emas dari investasi lain adalah persepsi orang terhadap nilai fisiknya. Harganya yang tinggi tidak saja berdasarkan penawaran dan permintaan  pasar yang kemudian membentuk nilai nominalnya. Lebih dari itu emas tertentu yang memiliki pesona eksotis, magis dan historis dapat dikategorikan sebagai barang koleksi (collectible items) ternyata mampu memiliki nilai intrinsik  yang jauh melebihi nilai nominalnnya. Contoh ada koin emas dan perhiasan emas yang nilainya milyaran rupiah karena ada variabel sejarah, kepemilikan, dan mungkin kejadian penting yang berkaitan langsung dengan koin atau perhiasan tersebut. Menyimpan fisik emas dalam hal ini bertujuan untuk dikoleksi. Sehingga horison investasi yang tepat adalah pertumbuhan jangka panjang (>10 tahun), sebab barang koleksi makin lama disimpan makin tinggi nilainya. Disini seseorang tidak hanya menjadi investor namun sekaligus kolektor.

Akan halnya menyimpan fisik emas dalam bentuk batangan atau koin yang bukan berkategori barang koleksi, lebih optimal digunakan untuk 4 (empat) tujuan keuangan, yaitu : (a) mencapai tujuan keuangan jangka menengah (2-3 tahun) ; (b) mencapai tujuan keuangan tertentu yang biayanya setara dengan emas (misalnya naik haji) ; (c) mempertahankan nilai kekayaan dengan target pertumbuhan setara inflasi alias hedging; (d) diversifikasi. Misal Anda sudah berinvestasi di saham, obligasi, reksadana, properti kemudian emas. Walaupun demikian  harus mempertimbangkan dengan cermat masalah penyimpanan dan  keamanan. Sebab makin besar jumlah emas yang dimiliki makin tidak aman di simpan di rumah. Bisa saja emas diasuransi atau disimpan di safe deposit di bank namun biayanya cukup besar.

Adapun emas berbentuk perhiasan kurang tepat untuk berinvestasi, sebab ada biaya pembuatan perhiasan yang membuat harga yang harus dibayar menjadi lebih tinggi. Perhiasan juga sifatnya subyektif, tergantung selera individu. Sangat mungkin Anda membelinya dengan mahal namun ketika dijual harganya jatuh karena modelnya tak lagi up to date. Pilihan lain jika anda ingin berinvestasi emas namun tidak ingin repot menyimpan fisiknya maka membuka tabungan dan deposito emas. Ini berarti anda butuh menyimpan nilai emas tanpa memegang fisiknya. Sayangnya di Indonesia tabungan emas maupun deposito emas ini belum bisa dimiliki, walaupun beberapa bank syariah disini sudah mencoba merintisnya sejak tahun lalu.

Terakhir adalah memanfaatkan fluktuasi nilai emas yang bisa dilakukan  dengan optimal dalam 2 (dua) horison waktu, yaitu : (a) pertumbuhan jangka panjang. Misalnya membeli  reksadana emas yang masuk ke saham-saham perusahaan produsen emas atau langsung membeli sahamnya ; (b) Keuntungan jangka pendek. Anda melakukan  jual beli sekuritas dan derivatif dengan underlying asset emas secara simultan untuk mendapatkan capital gain.



Don't Miss