Responsive Ad Slot

Latest

Menabung

Bisnis

Liburan

Featured Articles

Penampilan Investasi atau Basa-Basi?

Monday 5 January 2015

"Penampilan investasi atau basa-basi?"

Penampilan Investasi atau Basa-Basi
Jaim, alias jaga image adalah sebuah istilah populer yang berkaitan dengan pencitraan, mirip seperti sebuah kesan baik yang ingin anda tampilkan kepada orang lain. Kesan ini  bisa dibentuk tergantung keperluan untuk menampilan sisi diri yang berbeda-beda sesuai tuntutan situasi dan kondisi. Analoginya seperti celana pendek dan kaos oblong cocok dipakai di rumah tetapi tidak dalam suatu meeting dengan investor yang mengharapkan anda tampil formal. Anda memakai ke dua pakaian tersebut, tetapi pada kesempatan yang berbeda. Artinya siapa diri anda itu penting, tinggal bagaimana menyampaikannya saja kepada orang lain. How a message accepted is depend on “the massage”. 

Yang menarik adalah bahwa ada korelasi positif antara penampilan dengan penghasilan. Dengan demikian masalah pencitraan ini dapat berdampak positif pada penghasilan. Memang ada argumen bahwa karakteristik fisik hanya menjadi syarat perlu alias sekedar saja dan bukan syarat cukup atau keharusan untuk sukses. Kenyataannya ada perbedaan nyata dalam penghasilan pekerja, sebab terjadinya diskriminasi berdasar penampilan karena selera majikan, nasabah dan atau konsumen. Perbedaan pendapatan berdasar penampilan diperkirakan terjadi akibat selera konsumen. Konsumen diduga lebih menyukai petugas dengan penampilan menarik dan ini berdampak langsung pada kinerja mereka dan otomatis pada percepatan kenaikan jenjang karir.

Penampilan Sebagai Faktor Produksi

Dalam kaitannya antara citra diri dan penghasilan, maka selain proses diskriminasi dan sorting diatas, ternyata individu yang bersangkutanpun juga melakukan self-selection. Sesorang yang berpenampilan menarik cenderung memilih pekerjaan dimana penampilan penting, dan sebaliknya. Self-selection ini berperanan besar dalam jalur karir. Dimana orang yang menyadari dirinya berpenampilan menarik cenderung memilih jalur karir di mana keunggulan ini berdampak paling besar. Umumnya budaya perusahaan swasta yang kompetitif dan berorientasi kepuasan konsumen, membuat penampilan menarik menjadi suatu insentif. Namun, nampaknya insentif ini tidak ada pada sektor pemerintahan. Tidak heran, pegawai swasta berpenampilan lebih trendy dari pegawai pemerintah. Perbedaan penampilan inipun makin besar efeknya seiring dengan meningkatnya umur. Kalau anda perhatikan iklan sebuah produk rokok dengan tag line ” Yang tua lebih dipercaya, tanya kenapa?” menjelaskan suatu stereotype yang berlaku bahwa penampilan seperti orang tua lebih dianggap lebih professional daripada gaya anak muda  

Pertanyaan yang diajukan adalah apakah penampilan dapat dianggap salah satu faktor produksi? Misalnya seperti layaknya jumlah karyawan dan modal dianggap sebagai faktor produksi oleh perusahaan Dalam konteks ini penampilan dapat dinyatakan sebagai modal yang spesifik untuk suatu perusahaan yang penjabarannya adalah : penampilan menarik menjadi faktor pendorong bagi terciptanya hubungan baik antara karyawan dan antara karyawan dengan nasabah. Selanjutnya pertanyaan yang penting adalah apa dampak bagi perusahaan dengan karyawan berpenampilan menarik. Apakah pendapatan ekstra tersebut habis diserap para karyawan atau ada yang tersisa untuk perusahaan. Tentunya penampilan yang dapat meningkatkan kinerja, tidak hanya akan dinikmati oleh karyawan namun juga perusahaan. Jadi ternyata ada gunanya perusahaan merekrut karyawan berpenampilan menarik. Tentunya jika syarat-syarat lainnya juga terpenuhi.

Hati-Hati! Penghasilan Meningkat Pengeluaran Meningkat

Nah, kalau penampilan menarik memang berdampak positif pada penghasilan, bukankah seyogianya kita  akan berbelanja untuk mengoptimalkan atribut ini. Atau dengan kata lain melakukan investasi untuk meningkatkan nilai suatu karakteristik yang kita miliki. Misalnya dengan membeli kosmetik dan pakaian untuk meningkatkan penampilan. Masalahnya adakah dampak berbelanja lebih akan menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi?

Bisa jadi begini, orang dengan penampilan menarik menerima penghasilan lebih besar. Selanjutnya semakin tinggi pendapatan seseorang, semakin tinggi juga pembelanjaannya dalam hal ini untuk menjaga penampilannya. Elastisitas belanja pakaian dan kosmetik terhadap pendapatan umumnya cukup signifikan rata-rata sekitar 30% (artinya setiap pendapatan naik Rp.100 belanjanya naik Rp. 30). Akan tetapi tambahan belanja tidak lantas meningkatkan kinerja orang 100%. Seringnya hanya berdampak minim terhadap tambahan penghasilan, yaitu hanya 5%. Artinya setiap tambahan pengeluaran Rp.100 untuk meningkatnya penampilan hanya menghasilkan tambahan Rp.5 dalam bentuk kenaikan penghasilan. Kemana sisanya? Rupanya hanya yang 5% itulah yang dapat dikategorikan sebagai investasi sedang sisanya terpaksa dianggap konsumsi. Mungkin akan ada yang mengatakan yang 95% itu tidak sia-sia karena merupakan sarana untuk kepuasan batin!

Barangkali, mitos tentang dampak penampilan pada penghasilan memang beralasan. Meskipun self-selection bias belum secara konklusif dibuktikan berlakunya, umumnya ada dampak penampilan terhadap partisipasi kerja. Dampak penampilan bekerja dalam bentuk penalti untuk mereka yang berpenampilan kurang maupun sebagai premium untuk mereka yang berpenampilan lebih, sebagian karena adanya diskriminasi. Dan bagi perusahaan terdapat keuntungan ekstra dengan mempekerjakan karyawan berpenampilan menarik. Hanya saja anda harus hati-hati, sebab belanja untuk meningkatkan penampilan sangat sedikit dampaknya bagi peningkatan penghasilan. Sebagian besar belanja ini ternyata konsumsi.

Kesimpulannya penampilan fisik adalah daya tarik yang bukan basa basi, sebab mampu memberikan kontribusi terhadap kesuksesan finansial seseorang. Namun jumlahnya tidak siknifikan kecuali kita mampu mengimbanginya dengan perbaikan karakter pribadi. Sehingga orang tidak saja terkesan pada penampilan anda tetapi juga kompetensi anda. Ini adalah sesuatu yang dapat anda bentuk atau anda bangun juga seperti halnya penampilan fisik tadi. Bukan berarti anda tidak boleh menjadi diri sendiri, atau sebaliknya menjadi karakter yang superficial alias palsu atau dibuat-buat. Inilah yang saya maksud dengan citra, dimana cara anda menampilkan diri menjadi fokus utamanya bukan cuma penampilan luar saja. Lagipula “ it’s the looks that gets your attention, but character catch your heart”




Don't Miss