Halo Mbak Mike,
Saya seorang karyawati perusahaan swasta. Penghasilan dengan suami per bulan sekitar tujuh juta rupiah. Cukup untuk membiayai hidup sehari-hari, bahkan bisa menabung sekitar 400-600 ribu per bulan. Sebentar lagi puasa dan lebaran, biasanya kami belanja keperluan lebaran sebelum memasuki bulan ramadhan atau minggu awal puasa. Bisa minta bantuan, bagaimana tips belanja cerdas agar keuangan keluarga tetap aman dan masih ada dana untuk pulang kampung.
Terimakasih
Ina, Matraman-Jakarta Timur.
Jawab :
Halo bu Ina,
Harga barang-barang dan jasa selalu naik tiap tahun, tetapi khusus menjelang bulan hari raya Lebaran harganya bahkan bisa naik lebih tinggi lagi. Maklumlah suasana lebaran yang identik dengan semua yang serba baru, membuat orang merasa harus berpenampilan serba baru. Akibatnya permintaan terhadap berbagai barang dan jasa meningkat tajam. Mulai dari baju, sepatu sampai peralatan ibadahnya. Hari Raya Idul fitri tentunya tidak lengkap tanpa makanan khasnya, ketupat, rendang, gulai, sampai aneka kue kering dan berbagai manisan. Tinggalah ibu-ibu mengelus dada ketika pengeluaran dapur membengkak karena harga gula terigu, mentega, kelapa sampai telur dan daging melambung tinggi. Belum lagi kalau bicara tentang mudik alias pulang kampung, yang menjadi kegiatan wajib bagi mereka yang merantau. Mengunjungi orang tua dan sanak saudara di kampung halaman di hari Lebaran dapat menjadi pengobat rasa rindu setelah sekian lama tidak bertemu. Tapi…mana bisa sih, pulang kampung enggak bawa oleh-oleh. Bingkisan yang bertema hari raya baik berupa hadiah barang sampai amplop berisi uang tunai atau angpao lazim di bawa para pemudik sebagai tradisi memberikan hadiah lebaran.
Untuk menyiasati membengkaknya pengeluaran akibat kenaikan harga ini, akhirnya orang melakukan berbagai usaha penghematan pembelanjaan. Salah satu cara yang sering dilakukan adalah dengan berbelanja terlebih dulu sebelum harga-harga barang naik. Tidak heran banyak orang melakukan belanja untuk keperluan hari raya diawal bulan puasa, bahkan ada yang melakukannya sebelum bulan puasa. Umumnya selain berbelanja di awal, orang juga melakukan belanja grosiran sehingga terjadilah penumpukan stok berbagai barang sejumlah tertentu di rumah. Alasannya, selain menghemat waktu dan tenaga supaya tidak perlu bolak balik berbelanja juga berharap agar penghematan uang yang terjadi bisa lebih besar lagi dengan belanja borongan dibanding membeli dalam eceran. Jika keluarga Anda mempunyai kecenderungan seperti ini tiap kali menghadapi bulan puasa dan hari raya, maka perlu disadari bahwa setiap barang belum tentu menjadi lebih ekonomis dengan cara belanja di awal dan belanja borongan. Karena itu sebelum melakukannya pertimbangkanlah hal-hal berikut ini :
- Dana yang tersedia : belanja di awal apalagi borongan membuat pengeluaran Anda pada bulan tersebut jauh lebih besar dari biasanya, akibatnya pengeluaran juga akan jauh lebih besar. Bahkan bisa jadi lebih besar dari gaji yang diterima. Pertimbangkan darimana harus membayarnya.
- Likuiditas, menyimpan barang walaupun ada nilainya namun tidak likuid. Semakin besar simpanan barang tersebut semakin tidak likuid keuangan Anda. Dikhawatirkan jika persediaan uang tunai Anda banyak berkurang karena stok barang ini akan mengakibatkan Anda kesulitan uang tunai saat terjadi keadaan darurat. Bisa juga Anda kehilangan kesempatan berinvestasi di berbagai produk keuangan, karena hal ini.
- Tempat menyimpan. Stok barang dalam jumlah besar memerlukan tempat menyimpan juga, ini mungkin ini menimbulkan ketidaknyamanan di rumah
- Risiko kerusakan : jenis barang tertentu lebih cepat rusak dibanding yang lainnya. Apalagi jika semakin lama disimpan. Contoh menyimpan beras, mentega, gula atau minyak goreng lebih besar dari jumlah biasa risikonya penurunan mutu lebih besar seperti bau tengik, kotor, dan lain-lain.
- Tingkat Konsumsi : Adanya banyak persediaan barang bisa jadi memancing peningkatan tingkat konsumsi juga. Contoh menimbun daging, minuman, buah kalengan atau makanan instant cenderung memancing keinginan mengkonsumsinya setiap saat. Maunya lebih hemat malah jadi lebih boros
Belanja borongan bagi yang punya simpanan dana tunai tentunya tidak terlalu masalah, namun bagi yang pas-pasan umumnya memanfaatkan kartu kredit atau kartu belanja mereka untuk mengcover kekurangan dananya. Selain mendapatkan diskon belanja, fasilitas cicilan memungkinkan untuk dilakukannya penundaan pembayaran sampai mendapat gaji berikutnya. Dengan demikian tetap bisa menikmati harga murah dengan adanya pembiayaan ini. Kuncinya adalah dengan membayar lunas tagihan kartu kredit atau kartu belanja itu ketika tagihannya datang, sehingga tidak perlu membayar bunganya. Jadi begitu mendapat gaji bulan berikut prioritaskanlah membayar lunas tagihan belanja awal dan belanja borongan bulan sebelumnya tersebut. Tetapi harus dipastikan bahwa jumlah belanja borongan tidak lebih dari gaji Anda, sebab masih banyak pengeluaran rumah tangga lain seperti telpon, listrik dan transport kantor yang harus dibayar. Sehingga Anda tidak kekurangannya dana saat akan melunasi tagihan kartu kredit.
Khusus buat Anda yang mau mudik, disinilah adanya THR atau Tunjangan Hari Raya sebesar satu bulan gaji yang umumnya diberikan seminggu sebelum lebaran dapat dimanfaatkan. Anda bisa mengalokasikan dana THR untuk transportasi dan akomodasi selama berlebaran di kampung.
Kesimpulannya, bayar keperluan hari raya dari gaji Anda, sedangkan untuk mudik alokasikan dari THR. Namun sebelum Anda habiskan semuanya alokasikanlah sejumlah tertentu untuk zakat, amal, infaq dan sedekah terlebih dulu. Selanjutnya potong lagi minimal 10% dari total jumlah gaji dan THR kedalam tabungan. Atau paling tidak jumlah sebesar Rp 400 – 600 ribu yaitu jumlah tabungan rutin bulanan Anda. Dengan demikian Anda tahun ini tidak lagi mengeluh mengenai “THR cuma numpang lewat”, kan sudah ditabung duluan.
Penulis : Mike Rini Sutikno, CFP.
Website : www.mre.co.id
Fanspage : MreFinancialBusinessAdvisory
Twitter : @mreindonesia
Google+ : Kemandirian Finansial